Tingkat Fahaman & Dapatkan Maklumat Agama Dengan!!

Wednesday, April 1, 2009

KITAB: RIYADUS SHALIHIN - Jilid-2-Bab(250-253) - Doa-Doa

Bab 250

Doa-doa

Bab 251

Keutamaan Berdoa Di Luar Adanya Orang Yang Didoakan

Bab 252

Beberapa Masalah Dari Hal Doa

Bab 253

Karamat-karamatnya Para Waliullah Dan Keutamaan Mereka


Bab 250

Kitab Doa-doa

Allah Ta'ala berfirman:

"Tuhanmu semua berfirman: Berdoalah engkau semua padaKu, pasti Aku mengabulkan doamu semua itu." (Ghafir: 60)

Allah Ta'ala berfirman pula:

"Berdoalah engkau semua kepada Tuhanmu dengan had dan rahasia - yakni dengan permohonan yang timbul dari jiwa, se-sungguh Allah itu tidak menyukai orang yang melanggar batas." (al-A'raf: 55)

Allah Ta'ala juga berfirman:

"Apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu - hai Muhammad - tentang Aku, maka katakanlah bahwa sesungguhnya Aku ini dekat. Aku dapat mengabulkan permohonan orang yang berdoa padaKu jikalau ia telah memohonkan itu padaKu," sampai habisnya ayat. (al-Baqarah: 186)

Allah Ta'ala berfirman lagi:

"Siapakah yang dapat mengabulkan permohonan orang yang dalam keadaan terpaksa - yakni menderita kekurangan, jikalau ia

berdoa kepadaNya, dan dapat pula menghilangkan keburukan -yakni penderitaan - dari dirinya itu," sampai habisnya ayat. (an-Naml: 62)

1462. Dari an-Nu'man bin Basyir radhiallahu 'anhuma dari Nabi s.a.w. sabdanya:

"Berdoa itu termasuk golongan ibadat."

Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Termidzi dan Termidzi mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih.

1463. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Rasulullah s.a.w. itu suka doa-doa yang menghimpun - yakni yang mengandung segala macam kepentingan dan keperluan - dan beliau s.a.w. meninggalkan yang selain itu."

Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad shahih.

1464. Dari Anas r.a., katanya: "Sebagian banyak doa Nabi s.a.w., itu ialah: Rabbana atina fiddun-ya hasanah, wa fil-akhirati hasanah, waqina 'adzabannar - Ya Tuhan kami, berikanlah kebaikan pada kita di dunia dan kebaikan di akhirat dan lindungilah kita dari siksa neraka." (Muttafaq 'alaih)

Imam Muslim dalam riwayatnya menambahkan: Katanya: Anas apabila berkehendak akan berdoa dengan sesuatu doa, maka berdoa dengan doa di atas itu. Juga apabila berkehendak me-mohonkan sesuatu permohonan yang lain, maka dalam doanya itu dimasukkanlah doa di atas itu pula.

1465. Dari Ibnu Mas'ud r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. mengucapkan - yang artinya: "Ya Allah, sesungguhnya saya memohonkan kepadaMu akan petunjuk, ketaqwaan, dapat menahan diri dari melakukan kemaksiatan serta kekayaan - cukup dari kekurangan sehingga tidak meminta kepada orang lain." (Riwayat Muslim)

1466. Dari Thariq bin Asy-yam r.a., katanya: "Seseorang itu apabila masuk Islam, lalu Nabi s.a.w. mengajarkan shalat padanya, kemudian orang itu diperintah supaya berdoa dengan kalimat-kalimat ini - yang artinya: Ya Allah, berikanlah kepada saya pengampunan, kerahmatan, petunjuk, kesihatan dan rezeki."

(Riwayat Muslim)

Dalam riwayat Imam Muslim lainnya disebutkan: Dari Thariq bahwasanya ia mendengar Nabi s.a.w. yang pada ketika didatangi oleh seseorang lelaki lalu berkata: "Ya Rasulullah, bagaimanakah yang harus saya ucapkan di waktu saya akan me-mohonkan sesuatu pada Tuhanku?" Beliau s.a.w. bersabda: "Kata-kanlah - yang artinya: Ya Allah, berikanlah pengampunan padaku, kerahmatan, kesihatan dan rezeki, sebab doa ini dapat menghimpun segala kepentinganmu dalam urusan dunia serta akhiratmu."

1467. Dari Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. mengucapkan - dalam doanya yang artinya: "Ya Allah, Zat yang Maha mengubah-ubah hati, ubah-ubahlah hati kita - dari satu kepada lain keadaan - untuk terus menetapi ketaatan padaMu." (Riwayat Muslim)

1468. Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Mohonlah engkau perlindungan kepada Allah daripada kesengsaraan bencana, dicapai oleh kecelakaan, buruknya ketentuan dan kegembiraan musuh karena bahaya yang kita peroleh." (Muttafaq 'alaih)

Dalam riwayat lain disebutkan: Abu Sufyan-yang meriwayatkan Hadis ini - berkata: "Saya sangsi bahwa saya menambah salah satu dari empat macam permohonan di atas itu."

1469. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. mengucapkan - dalam doanya yang artinya: "Ya Allah, perbaguskanlah untukku akan agamaku yang itu adalah pegangan perkaraku, perbaguskanlah untukku duniaku yang di dalamnya adalah ke-hidupanku, juga perbaguskanlah akhiratku yang di dalamnya itulah tempat kembaliku. Jadikanlah hidup ini sebagai tambahan bagiku dalam segala kebaikan dan jadikanlah kematian itu sebagai istirahat untukku dari segala keburukan." (Riwayat Muslim)

1470. Dari Ali r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda kepada saya: "Ucapkanlah: Allahummahdini wa saddidny - Ya Allah, berikanlah petunjuk kepadaku dan lempangkanlah perjalananku." Dalam riwayat lain disebutkan: "Allahumma inni as-alukal huda wassadad" - Ya Allah, sesungguhnya saya mohon kepadaMu akan petunjuk dan kelempangan perjalanan. (Riwayat Muslim)

1471. Dari Anas r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. mengucapkan-dalam doanya yang artinya:

Ya Allah, sesungguhnya saya mohon perlindungan padaMu dari kelemahan dan kemalasan, kelicikan, usia terlampau tua dan kikir. Saya juga mohon perlindungan padaMu daripada siksa kubur dan saya mohon perlindungan pula padaMu dari fitnahnya hidup dan

mati."

Dalam riwayat lain disebutkan: "Juga dari beratnya beban hutang dan dikalahkan oleh orang-orang - yakni jangan sampai berbuat kezaliman ataupun dizalimi orang lain." (Riwayat Muslim)

1472. Dari Abu Bakar as-Shiddiq r.a. bahwasanya ia berkata kepada Rasulullah s.a.w.; "Ajarkanlah kepada saya sesuatu doa yang dapat saya baca dalam shalatku!" Beliau s.a.w. bersabda:

"Katakanlah - yang artinya: Ya Allah, sesungguhnya saya telah menganiaya diriku sendiri dengan penganiayaan yang banyak sekali dan tidak dapat mengampunkan semua dosa itu kecuali Engkau, maka berikanlah untukku pengampunan dari hadhiratMu dan belas kasihanilah saya, sesungguhnya Engkau adalah Maha Pengampun lagi Penyayang." (Muttafaq 'alaih)

Dalam riwayat lain disebutkan: "Dalam rumahku - yakni doa yang perlu saya baca dalam rumahku."

Dalam riwayat lain disebutkan: "penganiayaan yang banyak," ada yang mengatakan: "penganiayaan yang besar," dengan tsa' yang bertitik tiga dan dengan ba' bertitik satu. Maka seyugianya supaya dua kata itu dihimpunkan, lalu dikatakan: "katsiran kabiran - yang banyak dan besar."

1473. Dari Abu Musa r.a. dari Nabi s.a.w. bahwasanya beliau s.a.w. berdoa dengan doa ini - yang artinya:

Ya Allah, berikanlah pengampunan untukku kesalahan dan kebodohanku, berlebih-lebihanku dalam perkaraku dan apa saja yang Engkau lebih mengetahui tentang itu daripada saya sendiri.

Ya Allah, ampunkanlah kesalahanku yang saya lakukan dengan kegiatan dan bermain-main, ketidak-sengajaan serta yang memang saya sengaja, juga segala sesuatu yang dari diriku.

Ya Allah, ampunkanlah untukku kesalahan-kesalahan yang saya lakukan dahulu atau yang saya lakukan kemudian - yakni sesudah saat ini, juga yang saya sembunyikan serta yang saya tampakkan dan apa-apa yang Engkau lebih mengetahui tentang itu daripada saya sendiri. Engkau adalah Maha Mendahulukan serta Maha Mengakhirkan dan Engkau adalah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (Muttafaq 'alaih)

1474. Dan Aisyah radhiallahu 'anha bahwasanya Nabi s.a.w. itu

mengucapkan dalam doanya-yang artinya: Ya Allah, sesungguhnya saya mohon perlindungan kepadaMu daripada kejahatannya apa yang saya kerjakan dan dari kejahatannya apa yang tidak saya kerjakan. (Riwayat Muslim)

1475. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, katanya: "Sebagian dari doanya Rasulullah s.a.w. ialah - yang artinya: Ya Allah, sesungguhnya saya mohon perlindungan padaMu daripada lenyapnya kenikmatanMu - yang dikaruniakan padaku - dan bergantinya kesihatan daripadaMu - yang ada dalam diriku - juga dari tibanya siksaMu - atas diriku - dengan mendadak dan pula dari segala macam kemurkaanMu." (Riwayat Muslim)

1476. Dari Zaid bin Arqam r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. mengucapkan - dalam doanya yang artinya:

Ya Allah, sesungguhnya saya mohon perlindungan kepadaMu daripada kelemahan dan kemalasan, kekikiran dan usia terlampau tua serta siksa kubur.

Ya Allah, berikanlah kepada jiwaku ini untuk dapat bertaqwa kepadaMu, juga sucikanlah jiwaku itu karena Engkau adalah sebaik-baik Zat yang dapat menyucikannya. Engkaulah yang Maha Menguasai serta yang menjadi Tuhannya. Ya Allah, sesungguhnya saya mohon perlindungan kepadaMu daripada ilmu pengetahuan yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak dapat khusyu',dari jiwa yang tidak puas-puas dan dari doa yang tidak dikabulkan." (Riwayat Muslim)

1477. Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w. mengucapkan - dalam doanya yang artinya:

Ya Allah, kepadaMu saya menyerahkan din, kepadaMu saya beriman, kepadaMu saya bertawakkal, kepadaMu saya kembalikan -segala urusan, dengan petunjukMu saya berbantah - dengan musuh - dan dengan hukum-hukumMu saya memberikan ketentuan hukum. Maka dari itu ampunilah saya akan dosa-dosaku yang dahulu dan yang kemudian, yang saya sembunyikan serta yang saya tampakkan. Engkau adalah Maha Mendahulukan serta Maha Meng-akhirkan, tiada Tuhan melainkan Engkau."

Setengah para perawi Hadis ini menambahkan kalimat - yang artinya: Dan tiada daya serta tiada kekuatan, melainkan dengan pertolongan Allah. (Muttafaq 'alaih)

1478. Dari Aisyah radhiallahu 'anha bahwasanya Nabi s.a.w. berdoa dengan kalimat-kalimat ini - yang artinya: Ya Allah, se sungguhnya saya mohon perlindungan kepadaMu daripada fitnah-ya neraka dan siksanya neraka, juga dari keburukannya kekayaan an kefakiran.

Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Termidzi dan Termidzi mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih. Ini adalah lafaznya Imam Abu Dawud.

1479. Dari Ziad bin 'llaqah dari pamannya, yaitu Quthbah bin Malik r.a., katanya: "Nabi s.a.w. itu mengucapkan - dalam doanya yang artinya - Ya Allah, sesungguhnya saya mohon perlindungan kepadaMu dari keburukan-keburukannya budi pekerti, amal perbuatan serta hawanafsu."

Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.

1480. Dari Syakl bin Humaid r.a., katanya: "Saya berkata: "Ya Rasulullah, ajarkanlah kepada saya sesuatu doa!" Beliau s.a.w. bersabda:

"Katakanlah - yang artinya: Ya Allah, saya mohon perlindungan kepadaMu daripada keburukan pendengaranku dan dari keburukan penglihatanku dan dari keburukan lidahku dan dari keburukan hatiku serta dari keburukan maniku." Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Termidzi dan Termidzi mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.

1481. Dari Anas r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. mengucapkan -dalam doanya yang artinya: "Ya Allah saya mohon perlindungan kepadaMu daripada penyakit belang-belang pada kulit, gila, kusta dan penyakit-penyakit yang buruk-buruk." Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad shahih.

1482. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. mengucapkan - dalam doanya yang artinya:

"Ya Allah, sesungguhnya saya mohon perlindungan padaMu daripada kelaparan, sebab sesungguhnya lapar itu adalah seburuk- buruknya kawan tidur. Juga saya mohon perlindungan padaMu dari berkhianat, karena sesungguhnya khianat itu adalah seburuk-buruknya sifat yang menjadi ciri seseorang."

Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad shahih.

1483. Dari Ali r.a. bahwsanya seorang budak mukatab - yaitu seorang hambasahaya yang dapat menjadi merdeka apabila dapat menebus harga dirinya sendiri kepada tuan yang memilikinya -datang padanya lalu berkata: "Sesungguhnya saya ini tidak kuat untuk membayar harga tebusan diriku ini, maka itu berilah pertolongan kepadaku!" Ali r.a. berkata: "Tidakkah engkau suka kalau saya ajarkan kepadamu beberapa kalimat yang saya diajari oleh Rasulullah s.a.w., andaikata engkau mempunyai hutang - atau tanggungan - seperti gunung sekalipun, tentu Allah akan menunaikan hutangmu itu? Yaitu, katakanlah:

Allahummakfini bihatalika 'an haramika wa aghnini bifadh-lika 'amman siwaka - Ya Allah, cukupkanlah, saya dengan memperoleh apa-apa yang halal daripadaMu untuk tidak sampai melanggar apa-apa yang menjadi keharamanMu dan perkayakanlah diriku dengan memperoleh keutamaan daripadaMu sehingga tidak memerlukan yang selain daripadaMu."

Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.

1484. Dari Imran bin al-Hushain radhiallahu 'anhuma bahwasanya Nabi s.a.w. mengajarkan kepada ayahnya yaitu Hushain akan dua kalimat yang dapat digunakan sebagai doa, yaitu - yang artinya:

Ya Allah, berikanlah ilham padaku berupa kelapangan jalanku dan lindungilah saya dari kejahatan diriku sendiri. Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.

1485. Dari Abdulfadhli yaitu al-'Abbas bin Abdul Muthalib r.a., katanya: "Saya berkata: "Ya Rasulullah, ajarkanlah pada saya sesuatu doa untuk bermohon kepada Allah Ta'ala." Beliau s.a.w. bersabda: "Mohonlah akan keselamatan kepada Allah." Saya tetap beberapa hari berdoa seperti itu, kemudian saya mendatanginya lagi lalu berkata: "Ya Rasulullah, ajarkanlah kepada saya sesuatu doa untuk bermohon kepada Allah Ta'ala." Beliau s.a.w. bersabda kepada saya: "Hai 'Abbas, paman Rasulullah, mohonlah kepada Allah akan keselamatan di dunia dan akhirat."

Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis shahih.

1486. Dari Syahr bin Hausyab, katanya: "Saya berkata kepada Ummu Salamah radhiallahu 'anha: "Hai Ummul mu'minin, bagai-manakah doa Rasulullah s.a.w. yang sebagian banyak sekali, jikalau beliau itu ada di sisimu?" la menjawab: "Sebagian banyak doa beliau s.a.w. itu ialah - yang artinya:

"Wahai Zat yang membolak-balikkan keadaan hati. Tetapkanlah hatiku atas agamaMu."

Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.

1487. Dari Abuddarda' r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Setengah daripada doanya Nabi Dawud a.s. ialah - yang artinya:

Ya Allah, sesungguhnya saya mohon kepadaMu untuk mencintaiMu dan mencintai orang yang cinta kepadaMu, juga perbuatan yang dapat menyampaikan diriku ke arah dapat mencintai padaMu.

"Ya Allah, jadikanlah kecintaan padaMu itu yang lebih saya cintai daripada diri saya sendiri, juga melebihi kecintaan pada keluargaku serta melebihi kecintaan kepada air yang dingin."

Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.

1488. Dari Anas r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Kekalkanlah - ketika berdoa itu - dengan menggunakan lafaz: Ya Dzal jalali wal Ikram - Hai Zat yang memiliki keperkasaan dan kemuliaan."

Diriwayatkan oleh Imam Termidzi. Imam an-Nasa'i juga meriwayatkan Hadis ini dari riwayat Rabi'ah bin 'Amir as-Shahabi. Imam Hakim berkata bahwa Hadis ini shahih isnadnya.

Alizhzhu dengan kasrahnya lam dan syaddahnya zha' mu'jamah, artinya ialah tetapilah secara langsung - yakni kekalkanlah - doa ini dan perbanyakkanlah menggunakannya

1489. Dari Abu Umamah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. berdoa dengan doa yang banyak sekali, kita tidak dapat hafal sedikitpun dari doanya itu. Kita lalu berkata: "Ya Rasulullah, Tuan telah berdoa dengan sesuatu doa yang banyak sekali, sehingga kita tidak dapat hafal sedikitpun daripadanya." Beliau s.a.w. lalu bersabda:

"Tidakkah engkau semua suka kalau saya tunjukkan kepadamu semua sesuatu doa yang menghimpun keseluruhannya itu? Yaitu supaya engkau mengucapkan - yang artinya:

"Ya Allah, sesungguhnya saya mohon kepadaMu dari kebaikan sesuatu yang dimohonkan oleh NabiMu yaitu Muhammad s.a.w. Saya juga mohon perlindungan kepadaMu dari kejahatannya sesuatu yang dimohoni perlindungannya oleh NabiMu yaitu Muhammad s.a.w. Engkau adalah yang dimohoni pertolongan dan atas pertolonganMulah adanya kecukupan - sampai memperoleh apa yang diinginkan dari kebaikan dunia dan akhirat. Dan tiada daya serta tiada kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah."

Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.

1490. Dari Ibnu Mas'ud r.a., katanya: "Setengah dari doa Rasulullah s.a.w. ialah - yang artinya:

"Ya Allah, sesungguhnya kita mohon kepadaMu apa-apa yang menyebabkan datangnya kerahmatanMu dan apa-apa yang me yebabkan pengampunanmu, juga selamat dari dosa dan memperoleh dari semua kebaikan, demikian pula berbahagia dengan syurga dan selamat dari siksa api neraka."

Diriwayatkan oleh Imam Hakim yaitu Abu Abdillah dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis shahih menurut syarat Imam Muslim.


Bab 251

Keutamaan Berdoa Di Luar Adanya Orang Yang Didoakan

Allah Ta'ala berfirman:

"Dan orang-orang yang datang sesudah mereka sama berkata: "Ya Tuhan kita, berikanlah pengampunan kepada kita dan kepada saudara-saudara kita yang telah mendahului kita dengan membawa keimanan." (al-Hasyr: 10)

Allah Ta'ala juga berfirman:

"Dan mohonlah pengampunan dari dosa untukmu sendiri dan untuk sekalian orang-orang yang beriman, lelaki ataupun perempuan," (Muhammad: 19)

Allah Ta'ala juga berfirman dalam memberitahukan perihal Ibrahim a.s.:

"Wahai Tuhan kita, berikanlah pengampunan untukku dan kedua orangtuaku, juga kepada sekalian orang-orang yang beriman pada hari berdirinya hisab - yakni hari kiamat." (Ibrahim: 41)

1491. Dari Abuddarda'r.a. bahwasanya ia mendengar Rasulullah

s.a.w. bersabda:

"Tiada seorang hambapun yang Muslim yang berdoa untuk saudaranya yang tidak ada - yakni yang waktu itu tidak ada di sisinya, melainkan malaikat akan berkata: "Engkau juga memperoleh sebagaimana yang engkau doakan itu." (Riwayat Muslim)

1492. Dari Abuddarda' r.a. pula, bahwasanya Rasulullah s.a.w.

bersabda:

"Doa seseorang Muslim kepada saudaranya di luar adanya yang didoakan itu adalah mustajab - yakni dikabulkan. Di sisi kepalanya ada malaikat yang diserahi untuk itu. Setiap ia berdoa untuk saudaranya itu dengan kebaikan, maka malaikat yang diserahi itu berkata: Amin - semoga Allah mengabulkan doamu itu - dan engkaupun memperoleh sebagaimana yang engkau doakan itu." (Riwayat Muslim)


Bab 252

Beberapa Masalah Dari Hal Doa

1493. Dari Usamah bin Zaid radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Barangsiapa yang diberi sesuatu kebaikan - seperti pemberian

dan Iain-Iain - oleh orang lain, lalu ia mengucapkan kepada orang yang melakukannya itu: "Jazakallahu khairan - Semoga Allah memberikan balasan kebaikan kepadamu, maka benar-benar ia telah mempersangatkan pujiannya itu."

Diriwayatkan oleh imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih

1494. Dari Jabir r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Janganlah engkau semua berdoa untuk bahayanya diri sendiri, janganlah pula berdoa untuk bahayanya anak-anakmu semua dan jangan pula berdoa untuk bahayanya harta-hartamu semua - yakni mendoakan supaya diri sendiri, anak atau hartanya itu mendapat bahaya atau kecelakaan, sebab tiada mencocoki doa-doa itu akan sesuatu saat yang di waktu itu Allah akan dimintai untuk mengabul-kannya, maka Allah pasti mengabulkan doamu tersebut," - yakni apabila diucapkannya doa itu tepat pada waktu yang mustajab, maka dikhuatirkan bahwa doa-doa untuk memohonkan bahaya dan kecelakaan tadi akan benar-benar terlaksana. (Riwayat Muslim)

1495. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w.

bersabda:

"Sedekat-dekat seseorang hamba itu dari Tuhannya ialah dalam keadaan ia bersujud, maka dari itu perbanyakkanlah berdoa - ketika bersujud itu." (Riwayat Muslim)

1496. Dari Abu Hurairah r.a. pula bahwasanya Rasulullah s.a.w.

bersabda:

"Akan dikabulkanlah sesuatu doa bagi seseorang di antara engkau semua, selama ia tidak tergesa-gesa, lalu ia mengucapkan: "Saya sungguh-sungguh telah berdoa kepada Tuhanku, Tuhan tidak suka mengabulkan permohonanku itu." (Muttafaq 'alaih)

tetapi Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan:

Nabi s.a.w. bersabda: "Tidak henti-hentinya sesuatu doa bagi seseorang hamba itu akan dikabulkan, selama ia tidak berdoa untuk terjadinya sesuatu dosa atau untuk pemisahan kekeluargaan dan selama ia tidak tergesa-gesa."

Beliau s.a.w. ditanya: "Ya Rasulullah, bagaimanakah artinya tergesa-gesa itu?" Beliau s.a.w. menjawab: "Yaitu jikalau orang itu berkata: "Sungguh-sungguh saya telah berdoa dan benar-benar saya sudah memohonkan, tetapi saya tidak mengetahui - tidak meyakinkan - bahwa Tuhan akan mengabulkannya," selanjutnya orang itu lalu merasa menyesal di saat itu dan akhirnya meninggalkan berdoa."

1497. Dari Abu Umamah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. ditanya: "Manakah doa yang lebih pasti untuk didengar itu-selanjutnya lalu dikabulkan?" Beliau s.a.w. menjawab: "Yaitu di tengah malam yang terakhir dan sehabis shalat-shalat yang diwajibkan."

Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.

1498. Dari 'Ubadah bin as-Shamit r.a., bahwasanya Rasulullah s.a.w bersabda: "Tiada di atas bumi ini seseorang Muslim pun yang berdoa kepada Allah dengan sesuatu permohonan, melainkan Allah pasti akan memberikan itu padanya, ataupun akan memalingkan dari dirinya dari keburukan yang seumpama dengan itu, selama ia tidak berdoa untuk terlaksananya sesuatu dosa atau untuk pemisahan kekeluargaan."

Kemudian ada seorang lelaki dari golongan kaum berkata: "Jikalau demikian, kita akan memperbanyakkan permohonan - yang baik-baik - itu, bagaimanakah?" Beliau s.a.w. menjawab: "Allah adalah Maha Lebih Banyak karunianya - untuk mengabulkan permohonan yang banyak tadi."

Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih. Juga diriwayatkan oleh Imam Hakim dari riwayat Abu Sa'id dan di situ ditambahkan sabda Nabi s.a.w.: "Atau orang yang berdoa itu menabung pahala seumpama dengan doanya itu untuk dirinya sendiri."

1499. Dari Ibu Abbas radhiallahu 'anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w. itu ketika ditimpa oleh kesempitan -yakni di waktu hati kesal dan ingin marah-marah, beliau s.a.w. mengucapkan:

"La ilaha illallahu 'azhimul halim; La i/aha Illallahu rabbul 'arsyil 'azhim; La ilaha illallahu rabbus samawati wa rabbul ardhi wa rabbul 'arsyil karim."

Tiada Tuhan melainkan Allah yang Maha Agung lagi Penyantun. Tiada Tuhan melainkan Allah yang Maha Menguasai 'arasy yang agung. Tiada Tuhan melainkan Allah yang Maha Menguasai langit-langit dan Menguasai Bumi dan Menguasai 'arasy yang mulia. (Muttafaq 'alaih)

Bab 253

Karamat-karamatnya Para Waliullah Dan Keutamaan Mereka

Allah Ta'ala berfirman lagi:

"Ingatlah bahwasanya para waliullah - yakni kekasih-kekasih Allah - itu tiada ketakutan atas mereka dan merekapun tidak akan bersedih hati. Mereka itu ialah orang-orang yang beriman dan juga bertaqwa. Bagi mereka adalah kegembiraan di dalam kehidupan dunia dan juga di akhirat. Tiada perubahan sama sekali untuk kalimat-kalimat Allah. Yang sedemikian itu adalah kebahagiaan yang agung." (Yunus: 62)

Allah Ta'ala berfirman lagi:

"Dan goyangkanlah olehmu - hai Maryam - pohon kurma itu, niscayalah ia akan menjatuhkan kepadamu buah kurma yang baru masak. Maka makanlah dan minumlah," sampai habisnya ayat. (Maryam: 25-26)

Allah Ta'ala berfirman pula:

"Setiap kali Zakaria masuk kepadanya yaitu di mihrab, didapati makanan di dekatnya. la berkata: "Hai Maryam, bagaimanakah engkau dapat memperoleh ini?" Maryam menjawab: "Itu adalah dari sisi Allah, sesungguhnya Allah itu mengaruniakan rezeki kepada siapa saja yang dikehendaki olehNya tanpa ada batas hitungannya." (ali-lmran: 37)

Allah Ta'ala berfirman lagi:

"Dan di waktu engkau semua meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, carilah tempat persembunyian di dalam gua, nanti Tuhanmu semua akan menyebarkan kerahmatan-Nya untukmu semua dan menyediakan apa-apa yang berguna dari pekerjaanmu itu untuk kepentinganmu semua pula.

Engkau lihat matahari ketika terbitnya miring dari gua mereka di sebelah kanan dan ketika terbenam, meninggalkan mereka di sebelah kiri," sampai habisnya ayat. (al-Kahf: 16-17)

1500. Dari Abu Muhammad yaitu Abdurrahman bin Abu Bakar as-Shiddiq radhiallahu 'anhuma, bahwasanya ash-habush shuffah adalah para manusia yang fakir-fakir dan bahwasanya Nabi s.a.w. pernah pada suatu ketika bersabda: "Barangsiapa yang disisinya ada makanan cukup untuk dua orang, maka hendaklah pergi dengan tiga orang dan barangsiapa yang disisinya ada makanan cukup untuk empat orang, maka hendaklah pergi dengan lima atau enam orang," atau seperti yang sedemikian itulah kurang lebih sabda beliau s.a.w.

itu.

Abu Bakar datang dengan membawa tiga orang sedang Nabi s.a.w. berangkat dengan membawa sepuluh orang. Abu Bakar makan malam di tempat Nabi s.a.w. kemudian menetap di situ sehingga ia bersembahyang Isya'. Kemudian kembali lalu datang di rumahnya setelah lewat waktu malam - yakni sampai jauh malam -sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah. Isterinya lalu berkata: "Apa yang menyebabkan anda tertahan untuk menemui tamu-tamu anda?" Abu Bakar bertanya: "Apakah orang-orang itu belum engkau beri makan malam?" la menjawab: "Mereka tidak mau sehingga anda datang dan para pelayan sudah menawarkan pada mereka itu."

Abdur Rahman berkata: "Saya lalu pergi kemudian bersembunyi. Abu Bakar berkata: "Hai Tolol" dan seterusnya iapun mencaci dan memaki, lalu berkata kepada keluarganya: "Makanlah engkau semua tanpa adanya kecukupan. Demi Allah, saya tidak makan makanan ini selama-lamanya."

Abdur Rahman berkata: "Demi Allah, tiada sesuap makananpun yang kita ambil, melainkan bertambahlah makanan dari bawahnya, lebih banyak dari keadaannya semula. Orang-orang sama makan sampai kenyang, tetapi makanan itu menjadi lebih banyak lagi dari yang sebelumnya dimakan. Abu Bakar melihat makanan itu, lalu berkata kepada isterinya: "Hai saudarinya Bani Firas, apakah yang terjadi ini?" Isterinya menjawab: "Entahlah, demi kecintaan mataku, niscayalah makanan ini, keadaannya sekarang lebih banyak dari tadinya, bahkan lipat tiga kalinya. Abu Bakar lalu makan daripadanya dan berkata: "Hanyasanya sumpah yang saya ucapkan tadi adalah dari godaan syaitan." Selanjutnya ia makan pula sesuap daripadanya kemudian dibawa ke tempat Nabi s.a.w. dan paginyapun tempat makanan itu masih ada di tempat beliau s.a.w. Antara kita dengan sesuatu kaum ada suatu janji, lalu waktu yang ditentukan – dalam janji - itu lewatlah. Kita semua terpisah-pisah menjadi duabelas orang yang setiap seorang di antara mereka itu disertai orang banyak. Allah lebih mengetahui beberapa jumlah yang dibawa oleh setiap orang itu. Mereka semua lalu makan."

Dalam riwayat lain disebutkan:

"Abu Bakar bersumpah tidak akan makan makanan itu, isterinyapun lalu bersumpah tidak akan makan, akhirnya atau para tamu atau para tamu itupun bersumpah pula tidak akan makan, sehingga Abu Bakar suka makan lebih dulu. Abu Bakar lalu berkata: "Ah, sumpah ini adalah dari syaitan belaka." la lalu meminta makanan itu, kemudian ia makan dan keluarga serta para tamupun makan juga. Tetapi tiada sesuappun yang mereka angkat, melainkan bertambahlah makanan itu dari bagian bawahnya, yang keadaannya lebih banyak dari semula. Abu Bakar lalu berkata: "Hai saudarinya Bani Firas apakah yang terjadi ini?" Isterinya menjawab: "Demi ke cintaan mataku, sesungguhnya makanan itu keadaannya kini niscayalah lebih banyak daripada sebelumnya kita makan tadi." Mereka lalu makan lagi, kemudian dikirimkanlah makanan itu kepada Nabi s.a.w. dan Abdur Rahman menyebutkan bahwa beliau s.a.w. juga makan daripadanya."

Dalam riwayat yang lain lagi disebutkan:

"Abu Bakar berkata kepada Abdur Rahman: "Layanilah tamu-tamumu itu, sebab saya akan berangkat kepada Nabi s.a.w. Jadi selesaikanlah semua hidangan untuk menghormati mereka itu sebelum saya datang kembali." Abdur Rahman berangkat - ke tempat para tamu - lalu mendatangkan makanan yang ada di sisinya. la berkata kepada mereka: "Ayolah makan." Para tamu bertanya: "Manakah tuan rumah kita ini - yang mereka maksudkan ialah Abu Bakar as-Shiddiq?" Abdur Rahman berkata lagi: "Ayolah makan." Mereka berkata pula: "Kita tidak akan makan,sehingga tuan rumah kita ini datang." Abdur Rahman berkata lagi: "Terimalah hidangan untuk menghormat anda sekalian ini, sebab sesungguhnya Abu Bakar, jikalau nanti datang dan anda sekalian belum makan, tentu kami akan mendapat marah daripadanya." Para tamu tetap menolak, maka saya merasa dalam hatiku bahwa Abu Bakar tentu akan marah pada saya. Setelah Abu Bakar datang, saya lalu menyingkir daripadanya. la berkata - kepada para tamu: "Apakah yang anda sekalian kerjakan ini." Mereka lalu memberitahukan kepadanya perihal belum makannya itu. Selanjutnya Abu Bakar berkata: "Hai Abdur Rahman." Tetapi saya berdiam saja. la berkata lagi: "Hai Abdur Rahman." Saya tetap diam saja. Sekali lagi ia berkata: "Hai tolol, saya bersumpah padamu, kalau engkau mendengar suaraku ini, supaya engkau datang ke mari." Saya lalu keluar, kemudian saya berkata: "Tanyakan sendiri pada tamu-tamu bapak." Mereka menjawab: "Betul, ia telah datang dengan membawa makanan itu." Abu Bakar berkata lagi: "Jadi anda sekalian hanya hendak menantikan saya, demi Allah, saya tidak akan makan makanan ini pada malam ini." Orang-orang yang lain berkata: "Demi Allah, kita tidak makan juga sehingga anda suka pula makan." la berkata: "Celaka anda sekalian ini, mengapa anda sekalian tidak suka menerima hidangan sebagai penghormatan kepada anda sekalian ini?" Lalu ia berkata kepada keluarganya: "Coba bawa ke mari makananmu itu." Abu Bakar datang dengan membawa makanan lalu ia meletakkan tangannya dan mengucapkan: "Bismillah," kemudian berkata lagi: "Sumpah tadi itu dari godaan syaitan." la makan dan orang-orang lainpun makan pula." (Muttafaq 'alaih)

Ucapannya: Ghuntsar dengan dhammahnya ghain mu'jamah, lalu nun sukun kemudian tsa' bertitik tiga, artinya ialah orang yang bodoh lagi tolol. Ucapannya: fa-jadda'a artinya mencaci-maki, sedang aljad'u artinya pemutusan - atau pemisahan. Ucapannya yajidu 'alayya dengan kasrahnya jim, artinya marah.

1501. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Niscayalah di kalangan ummat-ummat yang sebelummu semua itu ada orang-orang yang diberi ilham. Maka andaikata ada seorang

yang sedemikian itu di kalangan ummat saya, maka sesungguhnya ia adalah Umar,"

Diriwayatkan oleh Imam Bukhari, juga diriwayatkan oleh Imam Muslim dari riwayat Aisyah. Dalam riwayat kedua ahli Hadis itu Ibnu Wahab berkata: Muhaddatsun artinya ialah orang-orang yang memperoleh ilham.

1502. Dari Jabir bin Samurah radhiallahu 'anhuma, katanya: "Para penduduk Kufah mengadukan Sa'ad - yakni Sa'ad bin Abu Waqqash r.a. kepada Umar bin al-Khaththab r.a. - yang pada waktu itu menjabat sebagai khalifah, sedang Sa'ad sebagai gubernur yang diangkat olehnya untuk daerah Kufah. Oleh sebab itu Umar lalu memecat Sa'ad dan meggunakan 'Ammar untuk memerintah penduduk Kufah itu - sebagai ganti Sa'ad.

Orang-orang Kufah itu mengadukan,sampai-sampai mereka itu menyebutkan bahwasanya Sa'ad itu tidak bagus dalam mengerjakan shalatnya. Sa'ad diminta datang oleh Umar r.a. lalu berkata: "Hai Abu Ishaq - yakni Sa'ad bin Abu Waqqash, sesungguhnya orang-orang Kufah menyangka bahwa engkau tidak bagus dalam melakukan shalat." Sa'ad menjawab: "Tentang saya ini, demi Allah, sesungguhnya saya bersembahyang dengan orang-orang itu sebagaimana shalatnya Rasulullah s.a.w., tidak saya kurangi sedikitpun. Saya bersembahyang shalat Isya', lalu saya perpanjangkan dalam kedua rakaat yang pertama, sedang kedua rakaat yang penghabisan saya peringankan." Umar berkata: "Itu adalah penyangkaan orang-orang padamu, hai Abu Ishaq."

Selanjutnya Umar mengirimkan Sa'ad bersama seorang atau beberapa orang ke daerah Kufah untuk menanyakan kepada penduduk Kufah tentang diri Sa'ad tadi. Tiada suatu masjidpun yang diri Sa'ad itu dan para penduduk Kufah itu sama memuji akan kebaikannya. Akhirnya masuklah di suatu masjid di lingkungan Bani 'Abs. Kemudian ada seorang lelaki di antara mereka itu berdiri, namanya Usamah bin Qatadah yang diberi nama gelar yaitu Abu Sa'dah. la berkata: "Adapun kalau anda bertanya kepada kami tentang Sa'ad, maka sesungguhnya Sa'ad itu tidak pernah ikut pergi memimpin pasukan - ke medan perang, tidak pernah mengadakan pembagian -harta rampasan - dengan samarata dan tidak pernah menjatuhkan putusan dengan berdasarkan keadilan."

Sa'ad lalu berkata: "Aduh, demi Allah, niscayalah saya akan berdoa dengan tiga macam permohonan: "Ya Allah, jikalau hambamu ini - Usamah bin Qatadah - berkata dusta dan melakukan hanya karena congkak dan kesombongan belaka, maka panjangkanlah usianya, langsungkanlah kefakirannya dan permudahkanlah ia untuk berbagai kefitnahan."

Sesudah beberapa saat berlalu, orang itu jikalau ditanya, siapa dirinya, ia menjawab: "Aku adalah orangtua bangka yang terkena fitnah, karena doanya Sa'ad sudah mengena pada diriku."

Abdulmalik bin Umair yang meriwayatkan Hadis ini dari Jabir bin Samurah berkata: "Saya sendiri melihat orang itu sesudah tuanya, kedua alisnya telah rontok-rontok di atas kedua matanya karena amat lanjut usianya itu dan sesungguhnya ia menampakkan diri pada kaum wanita sambil menarik-narik tangan mereka itu." (Muttafaq 'alaih)

1503. Dari 'Urwah bin az-Zubair bahwasanya Said bin 'Amr bin Nufail r.a. diajukan sebagai lawan oleh Arwa binti Uwais kepada Marwan bin al-Hakam - yang waktu itu sebagai khalifah. Wanita itu mendakwa bahwa Said mengambil sebagian dari tanahnya. Said lalu berkata: "Saya sudah mengambil sebagian tanahnya, padahal saya sudah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda." Marwan bertanya: "Apa yang anda dengar dari Rasulullah s.a.w.?" la menjawab: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Barangsiapa yang mengambil tanah sejengkal secara penganiayaan, maka tanah itu akan dikalungkan di lehernya sampai tujuh lapis bumi di bawahnya." Marwan lalu berkata:"Saya tidak lagi akan meminta keterangan tentang kebenaranmu setelah mendengar ini." Said lalu berdoa: "Ya Allah, jikalau wanita itu dusta, maka butakanlah matanya dan matikanlah ia dalam tanahnya sendiri."

'Urwah berkata; "Wanita itu tidak mati-mati sehingga peng-lihatannya lenyap - yakni menjadi buta matanya, Dan pada suatu ketika ia berjalan di tanahnya sendiri, tiba-tiba terjerumuslah ia dalam suatu lobang, kemudian mati di situ." (Muttafaq 'alaih)

Dalam riwayat Imam Muslim dari Muhammad bin Zaid bin Abdullah bin Umar, yang isinya semakna dengan uraian di atas itu dan bahwasanya ia melihat wanita tadi sudah buta mencari-cari dinding - di waktu berjalan - sambil mengucapkan: "Saya terkena oleh doanya Said." Selanjutnya ketika wanita itu berjalan melalui sumur yang ada di dalam rumah yang dijadikan bahan pertengkaran dulu, tiba-tiba ia jatuh di dalamnya, lalu itulah yang menjadi kuburnya - yakni sebab kematiannya.

1504. Dari Jabir bin Abdullah radhiallahu 'anhuma, katanya:
"Ketika tiba waktunya peperangan Uhud, ayah saya memanggil saya
di waktu malam, lalu berkata: "Saya tidak mengira pada diriku
sendiri ini, melainkan rasanya akan terbunuh dalam permulaan
orang-orang yang terbunuh dari sahabat-sahabat Nabi s.a.w. Se-
sungguhnya saya tidak meninggalkan sesudah matiku sesuatu yang
bagiku lebih mulia daripada dirimu sendiri selain diri Rasulullah
s.a.w. - yakni beliau s.a.w. yang dianggap termulia kemudian
anaknya itu. Sesungguhnya saya mempunyai tanggungan hutang,
maka dari itu tunaikanlah hutangku itu dan berikanlah baik-baik
kepada saudara-saudaramu." Kemudian kita berpagi-pagi - untuk
melakukan peperangan, kemudian ayahku adalah pertama kali
orang yang terbunuh. Saya tanamkan bersamanya seorang lain
dalam sekubur. Kemudian jiwaku tidak enak kalau ayahku saya
tinggalkan teruster kubur bersama orang lain itu, lalu saya keluarkan
lagi tubuhnya setelah dalam kuburnya itu selama enam bulan, tiba-
tiba ia masih dalam keadaan seperti waktu saya meletakkan dahulu,
kecuali telinganya saja - yang rusak. Selanjutnya saya jadikanlah ia
dalam kubur sendirian - yakni tidak disertai orang lain dalam
kubur." (Riwayat Bukhari)

1505. Dari Anas r.a. bahwasanya ada dua orang lelaki dari para sahabatnya Nabi s.a.w. keluar dari sisi Nabi s.a.w. di waktu malam yang gelap-gulita, tiba-tiba bersama kedua orang itu seperti ada dua lampu yang ada di hadapannya. Setelah keduanya berpisah maka tiap seorang dari keduanya itupun seperti ada sebuah lampu yang menyertainya, sehingga ia datang kepada keluarganya.

Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari beberapa jalan, di antara sebagian jalan itu disebutkan bahwa kedua orang lelaki itu ialah Usaid bin Hudhair dan 'Abbad bin Bisyr radhiallahu 'anhuma.

1506. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasuiullah s.a.w. mengirimkan sepuluh orang sebagai mata-mata merupakan suatu pasukan dan mengangkatnya 'Ashim bin Tsabit al-Anshari r.a. sebagai kepala untuk memimpin mereka itu. Mereka lalu berang-kat, sehingga datanglah mereka di suatu tempat bernama al-Hudat yang terletak antara 'Usfan dan Makkah. Kedalangan mereka itu disebut-sebut oleh suatu kabilah dari orang-orang Hudzail yang dinamakan Bani Lihyan, mereka ini mengejar sepuluh orang tersebut, sedang para pengejar dari Bani Lihyan itu berjumlah hampir seratus orang ahli pemanah. Mereka meneliti jejak-jejak sepuluh orang tadi. Setelah 'Ashim dan kawan-kawannya merasa akan memperoleh perlawanan, lalu mereka berlindung di suatu tempat, kemudian tempat ini dikepung oleh kaum - musuh. Para pengejar itu berkata: "Turunlah engkau semua - hai sepuluh orang, lalu serahkanlah tanganmu dan engkau semua memperoleh janji dan ikatan kata dari kita, bahwa kita tidak akan membunuh seseorangpun dari engkau semua. 'Ashim berkata: "Hai kaum - kafirin, saya tidak akan turun untuk menjadi orang yang memperoleh jaminan hidup dari orang kafir. Ya Allah, beritahukanlah tentang hal-ihwal kita ini kepada NabiMu yaitu Muhammad s.a.w." Musuh lalu melempari mereka dengan panah, lalu 'Ashim dapat mereka bunuh. Ada tiga orang yang turun -hendak menyerah -dengan berdasarkan janji dan ikatan kata - yakni tidak akan dibunuh. Di antara mereka ini ialah Khubaib, Zaid bin Datsinah dan seorang lelaki lain. Setelah tiga orang ini dapat mereka pegang, mereka lalu melepaskan tali busurnya masing-masing, kemudian tiga orang itu mereka ikat kuat-kuat. Orang yang ketiga - yang tidak disebut namanya di atas -berkata: "Inilah pertama-tama pengkhianatan. Demi Allah, niscayalah saya tidak akan suka lagi menemui engkau semua - untuk terus berjalan. Bagi saya sudah ada penuntun - dalam persoalan ini - yakni dengan mereka, "yang dimaksudkan ialah orang-orang yang sudah mati terbunuh. Jadi ringkasnya ia lebih suka mengikuti kematian kawan-kawannya itu. Orang ini lalu mereka tarik-tarik dan mereka perlakukan dengan menyiksanya. Tetapi orang ini tetap enggan untuk mengawani kaum musuh - untuk meneruskan perjalanan. Akhirnya orang ini mereka bunuh. Selanjutnya kaum Bani Lihyan tersebut berangkat dengan membawa Khubaib dan Zaid bin Datsinah, sehingga mereka menjual kedua orang tawanan ini di Makkah sesudah peperangan Badar berakhir. Keluarga al-Harits bin 'Amir bin Naufal bin 'Abdi Manaf membeli Khubaib. Khubaib adalah yang membunuh al-Harits pada hari peperangan Badar dulu. Dengan demikian berada di tempat keluarga al-Harits sebagai seorang tawanan sehingga seluruh keluarga itu berkehendak akan membunuhnya.

Khubaib meminjam sebuah pisau cukur dari salah seorang puteri al-Harits untuk mencukur rambut kemaluannya, lalu wanita ini meminjamkan pisau cukur itu padanya. Ada seorang anak kecil yaitu anak wanita yang meminjami pisau cukur tadi merangkak ke tempat Khubaib, sedang wanita tadi sedang lalai mengamat-amati anaknya tadi, sehingga anak itu mendatangi Khubaib, lalu wanita itu melihat sendiri bahwa Khubaib mendudukkan anak tersebut di atas pahanya, sementara pisau cukur masih tetap ada di tangannya. Wanita itu amat terkejut sekali dan hal yang sedemikian ini diketahui oleh Khubaib. Terkejutnya ialah karena takut kalau anaknya itu akan disembelih oleh tawanannya. Khubaib lalu berkata: "Adakah anda takut kalau saya membunuh anak ini. Ah, saya tidak akan mengerjakan perbuatan sekeji itu."

Wanita - yang diuraikan di atas itu berkata: "Demi Allah, saya tidak pernah melihat seorang tawananpun yang lebih baik daripada Khubaib. Demi Allah, benar-benar saya pernah menemuinya pada suatu hari, ia sedang makan sedompol anggur di tangannya, sedang kan ia di waktu itu sedang diikat erat-erat dengan besi, lagi pula tiada buah-buahan seperti itu di Makkah. "Wanita itu melanjutkan katanya: "Hal itu niscayalah suatu rezeki yang dikaruniakan oleh Allah kepada Khubaib."

Setelah orang-orang Bani Lihyan keluar dengan membawa Khubaib dari tanah suci untuk membunuhnya di tanah halal - bukan Tanah Haram yakni tanah suci Makkah, maka Khubaib berkata kepada mereka: "Lepaskanlah aku sebentar karena aku hendak bersembahyang dua rakaat." Mereka membiarkannya, lalu ia ber-sembahyang dua rakaat, kemudian ia berkata: "Demi Allah andai-kata engkau semua tidak akan timbul sangkaan bahwasanya saya dalam ketakutan - karena akan mati, niscayalah aku akan menambah sembahyangku ini lagi. Ya Allah, hitunglah jumlah mereka ini, bunuh mereka secara berganti-ganti menurut gilirannya dan jangan-lah meninggalkan seorangpun di antara mereka itu." Selanjutnya Khubaib berkata pula:

Saya takkan memperdulikan,

Asalkan aku mati sebagai Muslim.

Dalam keadaan bagaimanapun,

Kematianku adalah untuk Allah.

Hal itu adalah Zat Tuhan,

Jikalau Dia berkehendak,

Pasti akan memberikan keberkahan,

Atas semua anggota tubuh yang terceraikan.

Khubaib adalah seorang yang membuat sunnah yang pertama kali bagi setiap orang Muslim untuk dibunuh dengan kesabaran, supaya melakukan shalat dahulu.

Nabi s.a.w. memberitahukan kepada sahabat-sahabatnya perihal berita sepuluh orang di atas pada hari mereka mendapatkan mushibah - yakni bencana yang menimpa mereka sebagaimana di atas.

Ada beberapa orang dari golongan kaum Quraisy menyuruh orang-orang lain ke tempat 'Ashim bin Tsabit ketika mereka diberitahu bahwa 'Ashim telah terbunuh, supaya orang-orang yang dikirimkan itu datang dengan membawa sesuatu anggota badan dari 'Ashim yang dapat dikenal. 'Ashim dahulu pernah membunuh seseorang dari golongan pembesar-pembesarnya kaum Quraisy. Tetapi Allah lalu mengirimkan kepada janazah 'Ashim itu semacam awan dan terdiri dari lebah. Lebah-lebah itulah yang melindungi tubuh 'Ashim dari utusan-utusan kaum Quraisy - yang hendak memotong sebagian anggotanya untuk dijadikan bukti kematian-nya. Oleh sebab itu musuh-musuh tadi tidak dapat memotong sesuatu anggotapun dari tubuh 'Ashim. (Riwayat Bukhari)

Ucapannya: Al-Hudat adalah sebuah tempat dan adbdhullah ialah awan, sedang addabru, artinya lebah. Ucapannya: Uqtulhum bidadan, boleh dengan ba'nya dikasrahkan atau difathahkan - lalu berbunyi badadan. Bagi orang yang membacanya kasrah, maka ia berkata: "Itu adalah jama'nya biddah dengan kasrahnya ba', artinya bagian. Maknanya ialah: "Bunuhlah mereka itu - ya Allah - dalam waktu yang terbagi-bagi menurut pembagian gilirannya masing-masing." Adapun bagi orang yang membaca fathahnya ba', maka maknanya iaiah secara berpisah-pisah dalam rnembunuhnya itu, yakni satu demi satu, yaitu dari kata attabdid.

Dalam bab ini banyak Hadis lain yang shahih yang sudah terdahulu dalam tempatnya masing-masing dalam kitab ini, di antaranya ialah Hadisnya anak yang mendatangi pendeta dan ahli sihir-lihat Hadis no.30,juga Hadisnya juraij - no. 259, demikian pula Hadisnya orang-orang yang melarikan diri dalam gua yang tertutup oleh batu besar - no. 12, Hadisnya orang yang mendengar suara dalam awan - no. 560 - yang mengatakan: "Siramlah kebun si Fulan itu dan Iain-Iain lagi.

Bukti-bukti tentang kekaramahan para waliullah itu amat banyak sekali lagi masyhur.

Wa billahit taufik.

1507. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, katanya: "Tidak pernah sama sekali saya mendengar Umar r.a. berkata kepada sesuatu: "Sesungguhnya saya mengira perkara itu begini," melain-kan kejadian perkara tersebut adalah tepat sebagaimana yang diperkirakan olehnya." (Riwayat Bukhari)




No comments:

Post a Comment