Tingkat Fahaman & Dapatkan Maklumat Agama Dengan!!

Monday, March 30, 2009

KITAB: RIYADUS SHALIHIN - Jilid-2-Bab Pakaian

KITAB PAKAIAN



Bab 117

Kitab Pakaian Sunnahnya Mengenakan Pakaian Putih Dan BolehnyaMengenakan Pakaian Berwarna Merah, Hijau, Kuning, Hitam, juga Bolehnya Mengambil Pakaian Dari Kapuk, Katun, Rambut, Bulu Dan Lain-lain Lagi Kecuali Sutera.


Allah Ta'ala berfirman:

Hai anak Adam - yakni manusia, Kami telah menurunkan untukmu semua pakaian-pakaian yang dapat engkau semua guna-kan untuk menutupi aurat-auratmu dan pula pakaian untuk hiasan dan pakaian ketaqwaan adalah yang terbaik." (al-A'raf: 26)


Allah Ta'ala berfirman lagi:

"Dan Allah membuat untukmu semua pakaian-pakaian untuk memelihara engkau semua dari panas, juga pakaian-pakaian - baju besi - untuk melindungi engkau semua dalam peperangan." (an-Nahl: 81)


776. Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Kenakanlah yang berwarna putih dari pakaian-pakaianmu itu karena sesungguhnya yang putih itu adalah yang terbaik di antara pakaian-pakaianmu, juga berikanlah kafan orang-orang yang mati dari engkau semua dengan kain yang berwarna putih."

Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Termidzi dan Termidzi mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih.


777. Dari Samurah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Kenakanlah pakaian-pakaian yang putih, sebab yang sedemikian itu adalah lebih suci dan lebih bagus serta berilah kafan orang-orang yang mati dari engkau semua dengan kain putih."

Diriwayatkan oleh Imam-imam Nasa'i dan Hakim dan Hakim mengatakan bahwa ini adalah Hadis shahih.


778. Dari al-Bara' bin 'Azib r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. itu adalah seorang yang sedang tingginya - yakni tinggi tubuhnya itu sedang, sungguh-sungguh saya telah melihat beliau s.a.w. me-ngenakan pakaian yang berwarna merah. Tidak pernah samasekali saya melihat sesuatu apapun yang tampaknya lebih indah dari beliau s.a.w. itu." (Muttafaq 'alaih)


779. Dari Abu Juhaifah yaitu Wahab bin Abdullah r.a., katanya: "Saya melihat Nabi s.a.w. di Makkah. Beliau ada di Abthah dalam kubbahnya - kemahnya - yang berwarna merah yang terbuat dari kulit yang sudah dimasak. Bilal lalu keluar dengan membawa air wudhu'yang disediakan untuk Nabi s.a.w. Di antara orang-orang itu ada yang terpercik airnya dan ada pula yang terkena air itu banyak-banyak. Selanjutnya keluarlah Nabi s.a.w. mengenakan pakaian berwarna merah, seolah-olah saya masih dapat melihat pada keputihan kedua betisnya. Beliau s.a.w. lalu berwudhu' dan Bilalpun berazan. Saya selalu mengikuti saja gerak mulut Bilal yang bergerak ke sini dan ke situ sambil mengucapkan azan itu menoleh ke kanan ke kiri yakni ketika mengucapkan: "Hayya 'alash shalah - menoleh ke kanan - dan Hayya 'alal falah - menoleh ke kiri." Kemudian ditancapkanlah sebuah tongkat - di muka beliau s.a.w. sebagai tanda batas yang tidak boleh dilalui. Beliau s.a.w. lalu maju ke muka terus bersembahyang. Di muka beliau s.a.w. itu berlalulah seekor anjing dan seekor keledai, tetapi tidak dicegah - sebab ada di luar batas tongkat di atas." (Muttafaq 'alaih)

Alanazah dengan fathahnya nun ialah seperti tongkat.


780. Dari Abu Rimtsah yaitu Rifa'ah at-Taimi r.a., katanya: "Saya melihat Rasulullah s.a.w. dan beliau mengenakan dua baju yang berwarna hijau."Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Termidzi dengan isnad yang shahih.


781. Dari Jabir r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. memasuki -kota Makkah - pada waktu membebaskan Makkah dan beliau s.a.w. mengenakan sorban hitam." (Riwayat Muslim)


782. Dari Abu Said yaitu 'Amr bin Huraits r.a., katanya: "Seolah-olah saya masih dapat melihat kepada Rasulullah s.a.w. dan beliau s.a.w. pada waktu itu mengenakan sorban hitam. Beliau melemberehkan ujungnya di antara kedua bahunya." (Riwayat Muslim)

Dalam riwayat Imam Muslim lain disebutkan bahwasanya Rasulullah s.a.w.berkhutbah di muka para manusia dan beliau s.a.w. mengenakan sorban hitam.


783. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Rasulullah s.a.w. dikafani - ketika wafatnya - dengan tiga buah baju yang berwarna putih, buatan negeri Sahul yaitu terbuat dari kapuk. Di dalam kafan itu tidak terdapat gamis dan tidak ada pula sorbannya." (Muttafaq 'alaih)

Assabuliyah dengan fathahnya sin dan boleh pula dengan dhammahnya ha', sin dan ha' itu muhmalah, artinya ialah baju atau pakaian yang dinisbatkan kepada negeri Sahul yaitu sebuah desa di daerah Yaman. Alkursuf artinya kapuk.


784. Dari Aisyah radhiallahu 'anha pula, katanya: "Rasulullah s.a.w. pada suatu pagi keluar dan beliau s.a.w. mengenakan baju yang digambari dengan gambar pelana dan terbuat dari rambut hitam" (Riwayat Muslim)

Almirth dengan kasrahnya mim ialah pakaian dan Almurahhat dengan ha' muhmalah, yaitu yang bergambar pelana unta dan itulah yang disebut Alakwaar (yakni jamaknya Akkuur, artinya pelana unta).


785. Dari al-Mughirah bin Syu'bah r.a., katanya: "Saya berada dalam perjalanan bersama Nabi s.a.w. pada suatu malam. Kemudian beliau bertanya: "Adakah engkau membawa air?" Saya menjawab: "Ya." Beliau lalu turun dari kendaraannya lalu berjalan sehingga tertutup dalam kegelapan waktu malam. Selanjutnya beliau datang kembali. Seterusnya saya menuangkan air pada beliau untuk bersuci. Beliau s.a.w. lalu membasuh wajahnya dan beliau mengenakan jubah - baju panjang sampai ke lutut - yang terbuat dari bulu, kemudian beliau tidak dapat mengeluarkan kedua lengannya dari baju itu - karena sempitnya lobang tangan - sehingga dikeluarkan-lah kedua lengannya itu dari bawah jubah. Selanjutnya beliau s.a.w. membasuh kedua lengannya dan mengusap kepalanya. Sesudah tu saya turun ke bawah hendak melepaskan kedua sepatu khufnya, tetapi beliau s.a.w. bersabda: "Biarkan sajalah kedua sepatu itu, sebab sesungguhnya saya memasukkannya itu dalam keadaan suci, seterusnya beliau s.a.w. mengusap di atas kedua sepatunya itu." (Muttafaq 'alaih)

Dalam riwayat lain disebutkan: "Beliau s.a.w. mengenakan jubah buatan negeri Syam - yakni Palestina - yang sempit kedua lobang tangannya.

Dalam riwayat lain lagi disebutkan bahwasanya poristiwa ini -yakni sebagaimana yang diuraikan di atas - adalah terjadi dalam perang Tabuk.


Bab 118

Sunnahnya Mengenakan Baju Gamis


786. Dari Ummu Salamah radhiallahu 'anha, katanya: "Pakaian yang amat dicintai oleh Rasulullah s.a.w. ialah baju gamis."

Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.


Bab 119

Sifat Panjangnya Gamis, Iobang Tangan Baju, Sarung, Ujung Sorban Dan Haramnya Melemberehkan Sesuatu Dari Yang Tersebut Di Atas Karena Maksud Kesombongan Dan Kemakruhannya jikalau Tidak Karena maksud Kesombongan


787. Dari Asma' binti Yazid al-Anshari radhiallahu 'anha, kata-nya: "Lobang tangan gamisnya Rasulullah s.a.w. itu sampai pada pergelangan tangan."

Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Termidzi dan Termidzi mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.


788. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda:

"Barangsiapa yang menarik bajunya - yakni melemberehkan sampai menyentuh tanah, baik yang berupa baju, sarung dan Iain-lain - karena maksud kesombongan, maka ia tidak akan dilihat oleh Allah pada hari kiamat - maksudnya tidak akan dilihat dengan rasa keridhaan dan kerahmatan."

Abu Bakar lalu berkata: "Ya Rasulullah, sesungguhnya sarungku itu selalu melembereh saja - karena kurusnya badan, kecuali kalau saya membenarkan lagi letaknya, misalnya dengan diikat keras-keras atau diangkat ke atas." Maksudnya, apakah diancam dengan tin-dakan sebagaimana di atas itu. Rasulullah s.a.w. lalu menjawab: "Sesungguhnya anda tidak termasuk golongan orang yang melaku-kan semacam rtu dengan maksud kesombongan," jadi tidak apa-apa hukumnya.

Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayat-kan sebagiannya.


789. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Allah tidak akan melihat - dengan pandangan keridhaan dan kerahmatan - kepada orang yang menarik sarungnya - yakni melemberehkannya sampai menyentuh tanah - karena maksud kecongkakan." (Muttafaq 'alaih)


790. Dari Abu Hurairah r.a. pula dari Nabi s.a.w. sabdanya: "Apa yang ada di bagian bawah dari kedua matakaki, maka akan dimasukkan dalam neraka." (Riwayat Bukhari)


791. Dari Abu Zar r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Ada tiga macam orang yang tidak diajak bicara oleh Allah - dengan pem-bicaraan keridhaan, tetapi dibicarai dengan nada kemarahan - pada hari kiamat dan tidak pula dilihat olehNya - dengan pandangan keridhaan dan kerahmatan, serta tidak pula disucikan olehNya -yakni dosa-dosanya tidak diampuni - dan mereka itu akan men-dapatkan siksa yang menyakitkan sekali." Katanya: Rasulullah s.a.w. membacakan kalimat di atas itu sampai tiga kali banyaknya.

Abu Zar kemudian berkata: "Mereka itu merugi serta menyesal sekali. Siapakah mereka itu, ya Rasulullah?" Rasulullah s.a.w. ber-sabda: "Yaitu orang yang melemberehkan - pakaiannya sampai menyentuh tanah, orang yang mengundat-undat - yakni sehabis memberikan sesuatu seperti sedekah dan Iain-Iain lalu menyebutnyebutkan kebaikannya pada orang yang diberi itu dengan maksud mengejek orang tadi - serta orang yang melakukan barangnya -maksudnya membuat barang dagangan menjadi laku atau terjual -dengan jalan bersumpah dusta - seperti mengatakan bahwa barangnya itu amat baik sekali atau tidak ada duanya lagi." (Riwayat Muslim)

Dalam riwayat Imam Muslim lainnya disebutkan: Almusbilu izarahu yakni yang pertama ialah orang yang melemberehkan sarungnya - sampai menyentuh tanah.


792. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma dari Nabi s.a.w., sabdanya:

"Melemberehkan itu ada pada sarung, gamis dan sorban. Barangsiapa yang menarik sesuatu - yakni melemberehkan sarung, gamis atau sorban - dengan maksud kesombongan, maka Allah tidak akan melihatnya - dengan pandangan keridhaan dan kerahmatan -pada hari kiamat."

Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Nasa'i dengan isnad yang baik.


793. Dari Abu Juraij yaitu Jabir bin Sulaim r.a., katanya: "Saya melihat ada seorang lelaki yang orang-orang semuanya sama me-ngeluarkan uraiannya berpokok pangkal dari pendapat orang tersebut. Orang itu tidak mengucapkan sesuatu, melainkan orang-orang sama mengeluarkan uraiannya dengan berpedoman dari ucapan orang tersebut. Saya bertanya: "Siapakah orang itu?" Orang-orang sama menjawab: "Itu adalah Rasuiullah s.a.w." Saya lalu mengucapkan '"Alaikas salam, ya Rasulullah," sampai dua kali. Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Jangan mengucapkan: 'Alaikas-salam, sebab 'Alaikas-salam adalah sebagai penghormatan kepada orang-orang mati. Ucapkanlah: Assalamu 'alaik."

Jabir berkata: "Saya lalu bertanya: "Apakah anda itu Rasulullah." Beliau s.a.w. menjawab: "Ya, saya adalah Rasulullah yakni utusan Allah. Allah ialah yang apabila engkau ditimpa oleh sesuatu bahaya, kemudian engkau berdoa padanya - supaya bahaya itu dilenyapkan, maka Allah pasti melapangkan engkau dari bahaya tadi. ]uga jikalau engkau ditimpa oleh tahun paceklik - bahaya kelaparan - lalu engkau berdoa padaNya, maka Allah akan menumbuhkan tanaman-tanaman untukmu dan jikalau engkau berada di suatu tanah kersang atau di daerah yang tandus, kemudian engkau kehilangan ken-daraanmu, kemudian engkau berdoa padaNya - mohon supaya diselamatkan, maka Allah akan mengembalikan kendaraanmu itu padamu."

Jabir berkata: "Saya lalu berkata: "Berilah saya suatu perjanjian yang wajib saya penuhi!" Beliau s.a.w. bersabda: "Jangan sekali-kali engkau mencaci-maki kepada seseorangpun."

Jabir berkata: "Sesudah saat itu saya tidak pernah lagi mencaci-maki kepada siapapun, baik ia orang merdeka atau hamba sahaya, ataupun kepada unta dan kambing."

Beliau s.a.w. melanjutkan sabdanya: "Janganlah engkau meremehkan sedikitpun dari perbuatan yang baik - yakni sekalipun tampaknya tidak berarti dan kurang berharga, tetapi lakukanlah itu. Hendaklah engkau berbicara dengan saudaramu dan engkau senantiasa menunjukkan muka yang manis padanya, karena sesungguhnya yang sedemikian itu termasuk perbuatan yang baik. Angkatlah sarungmu sampai kepertengahan betis, tetapi jikalau engkau enggan berbuat semacam itu, maka bolehlah sampai pada kedua matakaki. Takutlah pada perbuatan melemberehkan sarung, sebab sesung-guhnya yang sedemikian itu termasuk kesombongan dan sesung-guhnya Allah itu tidak suka kepada kesombongan. Jikalau ada seseorang yang mencaci-maki padamu atau mencela dirimu dengan sesuatu yang ia tahu bahwa cela tadi memang ada dalam dirimu, maka janganlah engkau membalas mencela padanya dengan sesuatu yang engkau tahu bahwa cela itu memang ada dalam dirinya, sebab hanyasanya tanggungan- yakni dosa - perbuatan itu adalah pada diri orang yang mencela saja."

Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Termidzi dengan isnad yang shahih dan Imam Termidzi mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih.


794. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Pada suatu ketika ada seorang lelaki bersembahyang dengan melemberehkan sarungnya lalu Rasuiullah s.a.w. bersabda padanya: "Pergilah dulu dan ber-Wudhu'lah." Kemudian orang tersebut lalu pergi dan berwudhu'. Setelah itu ia datang lagi, lalu beliau s.a.w. bersabda pula: "Pergilah dan berwudhu'lah!"Selanjutnya ada seorang lelaki lain berkata: "Ya Rasulullah, mengapakah Tuan memerintahkan orang itu berwudhu' kemudian Tuan berdiam saja padanya - yakni tidak menyuruh apa-apa lagi padanya. Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Sesungguhnya orang itu bersembahyang dan ia melemberehkan sarungnya dan sesungguhnya Allah itu tidak akan menerima shalatnya seseorang yang melembererikan sarungnya itu."

Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad yang shahih atas syarat Imam Muslim.


795. Dari Qais bin Bisyr at-Taghlibi, katanya: "Saya diberitahu oleh ayahku dan ia adalah kawan erat pada Abuddarda', katanya: "Di Damsyik ada seorang lelaki dari golongan para sahabat Nabi s.a.w. yang bernama Ibnul Handhaliyah. Ia adalah seorang yang suka menyendiri dan jarang sekali duduk-duduk bersama dengan orang-orang banyak. Hanyasanya kerjanya ialah bersembahyang dan jikalau selesai, maka kerjanya lagi hanyalah bertasbih dan bertakbir, sehingga ia mendatangi tempat keluarganya lagi. Pada suatu ketika ia berjalan melalui kita dan kita di saat itu berada di tempat Abuddarda', kemudian Abuddarda' berkata padanya: "Berikanlah kepada kita sesuatu uraian yang dapat memberikan kemanfaatan kepada kita dan tidak pula menyebabkan bahaya bagi anda."Orang itu lalu berkata: "Pada suatu ketika Rasulullah s.a.w. mengirimkan sepasukan tentera, lalu datang. Ada seorang lelaki yang termasuk juga dalam kalangan pasukan tadi datang terus duduk di tempat duduk yang diduduki oleh Rasulullah s.a.w. kemudian orang itu berkata kepada orang yang ada di dekatnya: "Andaikata anda mengetahui keadaan ketika kita bertemu muka, yakni kita semua dan musuh, maka ada seseorang yang menyerang musuhnya lalu menusuknya. Kemudian orang itu berkata: "Ambillah ini daripada-ku. Saya adalah anak keturunan al-Ghifari." Bagaimanakah pendapat anda dalam hal ucapannya itu?" Orang yang ada di dekatnya itu menjawab: "Saya tidak mempunyai pendapat lain, kecuali bahwa pahala orang itu sudah batal - yakni musnah karena kesombongannya dengan ucapannya tadi. Ada orang lain yang juga mendengarkannya lalu ia berkata: "Saya tidak menganggap bahwa ada sesuatu yang tidak baik karena adanya ucapannya yang sedemikian tadi." Kedua orang - yakni yang berpendapat bahwa orang yang membunuh itu lenyap pahalanya dan yang mengatakan tidak apa-apa - saling bertengkar faham, sehingga Rasulullah s.a.w. mendengar persoalan tadi, kemudian bersabda: "Maha Suci Allah! Tidak ada halangannya jikalau ia diberi pahala dan dipuji." Saya - Bisyr -melihat pada Abuddarda' dan ia merasa gembira dengan keterangan orang tersebut - yakni Ibnul Handhaliyah. Abuddarda' lalu meng-angkat kepalanya melihat orang itu dan bertanya: "Anda mendengar sendirikah yang sedemikian itu dari Rasulullah s.a.w.?" la menjawab: "Ya." Abuddarda' mengulang-ulangi kata-katanya itu, sehingga saya pasti akan berkata: "Hendaklah ia duduk saja pada kedua lututnya."

Bisyr - ayah Qais yang meriwayatkan Hadis inr - berkata: "Ibnul Hanzhalah lalu berjalan melalui kita lagi pada suatu hari yang lain. Abuddarda' berkata padanya: "Sudilah kiranya anda memberikan kepada kita suatu uraian yang dapat memberikan kemanfaatan kepada kita dan tidak menyebabkan bahaya kepada anda." Orang itu berkata: "Rasulullah s.a.w. bersabda kepada kita: "Orang yang memberikan perbelanjaan kepada kuda - untuk perang yaitu dengan jalan menggembalanya, memberi minurn, makan dan segala yang diperlukan dalam perawatannya - adalah sebagai orang yang membeberkan tangannya dengan mengeluarkan sedekah tanpa menggenggamnya samasekali." Selanjutnya pada hari yang lain lagi orang itu berjalan pula melalui kita, lalu Abuddarda' berkata padanya: "Sudilah kiranya anda menguraikan suatu uraian yang dapat memberikan kemanfaatan kepada kita dan tidak pula membahayakan anda." Orang itu berkata: "Rasulullah s.a.w. bersabda; "Sebaik-baik orang lelaki ialah Khuraim al-Usaidi, andaikata tidak panjang rambut kepalanya dan tidak pula melemberehkan sarungnya." Sabda beliau s.a.w. sampailah pada Khuraim, lalu cepat-cepat ia mengambil pisau kemudian ia memotong rambut kepalanya dengan pisau tadi sampai pada kedua telinganya serta mengangkat sarungnya sampai di pertengahan kedua betisnya. Pada suatu hari yang lain lagi orang itu berjalan melalui kita pula, lalu Abuddarda' berkata padanya: "Sudilah kiranya anda memberikan sebuah uraian kepada kita yang dapat memberikan kemanfaatan kepada kita dan tidak pula membahayakan anda." Orang itu berkata: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya engkau semua itu akan mendatangi saudara-saudaramu - yakni sesama kaum mu'minin - maka perbaguskanlah kendaraan-kendaraanmu serta perbaguskan pulalah pakaian-pakaianmu, sehingga engkau semua itu merupakan seolah-olah sebagai tahi lalat - yakni menonjol tentang keindahan tubuh dan pakaiannya - di kalangan para manusia, karena sesungguhnya Allah itu tidak menyukai kepada keburukan-baik dalam ucapan, pakaianmu.kelakuan dan Iain-Iain-juga tidak menyukai sesuatu yang sengaja dimaksudkan untuk mengakibatkan keburukan."

Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud isnad hasan, kecuali Qais bin Bisyr, maka para ahli Hadis berselisih tentang dapatnya ia dipercaya atau tentang kelemahannya dalam membawakan Hadis. Imam Muslim pernah meriwayatkan orang ini.


796. Dari Abu Said al-Khudri r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Cara bersarungnya seseorang Muslim itu ialah sampai pertengahan betis dan tidak ada halangan serta tidak ada dosa untuk bersarung di antara pertengahan betis itu sampai kepada kedua matakaki. Apa yang ada di bagian bawah dari kedua matakaki, maka itulah yang akan dimasukkan dalam neraka.Juga barangsiapa yang menarik - yakni melemberehkan sarungnya sampai menyentuh tanah - dengan maksud kesombongan, maksud kesombongan, maka ia tidak akan dilihat oleh Allah -dengan pandangan keridhaan dan kerahmatan."

Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad shahih.


797. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, katanya: "Saya
berjalan melalui Rasulullah s.a.w. dan sarungku ada yang menge-
lembereh, lalu beliau s.a.w. bersabda: "Hai Abdullah, angkatlah
sarungmu itu!" kemudian saya mengangkatnya. Kemudian beliau
bersabda lagi: "Tambahkanlah - mengangkatnya!" Lalu saya me-
nambahkannya. Maka tidak henti-hentinya saya membenarkan
letaknya sesudah itu." Sebagian orang-orang sama berkata: "Sampai
di manakah mengangkatnya?" Ibnu Umar menjawab: "Sampai pada
pertengahan kedua betis." (Riwayat Muslim)


798. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma pula, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapayang menarik pakaiannya - yakni melemberehkannya - karena maksud kesombongan, maka Allah tidak akan melihatnya - dengan pandangan keridhaan dan kerahmatan - padanya pada hari kiamat." Ummu Salamah bertanya: "Bagaimanakah kaum wanita berbuat dengan ujung pakaiannya," maksudnya bahwa oleh sebab kaum wanita itu diperintah menutupi seluruh tubuhnya karena merupakan aurat, maka apakah melem-berehkan pakaian untuk kaum wanita itu juga berdosa? Beliau s.a.w. menjawab: "Yaitu kalau mereka melemberehkannya itu sejengkaI." la berkata: "Kalau begitu masih dapat terbuka kaki mereka itu." Beliau s.a.w. bersabda; "Bolehlah melemberehkannya sampai se-hasta dan jangan menambahkan lagi."

Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Termidzi dan Termidzi mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih.

Bab 120

Sunnahnya Meninggalkan Yang Tinggi-tinggi — Yakni Yang Terlampau Indah — Dalam Hal Pakaian Karena Maksud Merendahkan Diri

Dalam bab Keutamaan lapar dan mengenakan yang kasar-kasar dalam kehidupan sudah diuraikan lebih dulu beberapa keterangan yang berhubungan dengan bab ini.


799. Dari Mu'az bin Anas r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Barangsiapa yang meninggalkan - keindahan - pakaian karena maksud merendahkan diri kepada Allah, padahal ia kuasa untuk menggunakannya, maka ia akan dipanggil oleh Allah pada hari kiamat dengan disaksikan oleh kepala sekalian makhluk - yakni di hadapan orang banyak, sehingga Allah akan menyuruhnya supaya memilih pakaian apa saja yang ia- ingin mengenakannya dari ber-bagai pakaian keimanan."

Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.

Bab 121

Sunnahnya Bersikap Sedang — Sederhana — Dalam

Pakaian Dan jangan Merasa Cukup Dengan Apa Yang Menyebabkan Celanya Yang Tidak Ada Kepentingan Atau Tidak Ada Tujuan Syara' Untuk Itu


800. Dari 'Amr bin Syu'aib dari ayahnya dari nenek lelakinya r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Sesungguhnya Allah itu mencintai kalau melihat bekas ke-nikmatanNya atas hambaNya itu," dengan jalan menunjukkan keindahan dan kesempurnaannya dalam berpakaian, makan, berumahtangga dan Iain-Iain.

Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.

Bab 122

Haramnya Berpakaian Sutera Untuk Kaum Lelaki, Haramnya Duduk Di Atasnya Atau Bersandar Padanya Dan Bolehnya Mengenakannya Untuk Kaum Wanita


801. Dari Umar bin al-Khaththab r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Janganlah engkau semua mengenakan pakaian sutera, karena
sesungguhnya orang mengenakannya di dunia ini, maka ia tidak
akan mengenakannya di akhirat." (Muttafaq 'alaih)


802. Dari Umar bin al-Khaththab r.a. pula, katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Hanyasanya yang mengenakan pakaian sutera ialah orang yang
tidak mempunyai bagian untuknya." (Muttafaq ‘alaih)

Dalam riwayat Imam Bukhari disebutkan: "Orang yang tidak mempunyai bagian untuknya - dalam hal kenikmatan - di akhirat."


803. Dari Anas r.a., katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang mengenakan pakaian sutera di dunia, maka ia tidak akan mengenakannya di akhirat nanti." (Muttafaq 'alaih)


804. Dari Ali r.a., katanya: "Saya melihat Rasulullah s.a.w. mengambil sutera lalu meletakkannya di tangan kanannya, juga mengambil emas lalu meletakkannya di tangan kirinya, kemudian beliau s.a.w. bersabda:

"Sesungguhnya dua macam benda ini diharamkan atas kaum lelaki dari ummatku." (Riwayat Abu Dawud dengan isnad hasan)


805. Dari Abu Musa al-Asy'ari r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Diharamkanlah mengenakan pakaian sutera dan emas atas kaum lelaki dari ummatku dan dihalalkan untuk kaum wanitanya."

Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih.


806. Dari Hudzaifah r.a., katanya: "Nabi s.a.w. melarang kita
semua minum dari wadah yang terbuat dari emas dan perak, juga
makan daripadanya dan melarang pula mengenakan pakaian sutera
tipis dan tebal ataupun duduk dr atasnya." (Riwayat Bukhari)

Bab 123

Bolehnya Mengenakan Pakaian Sutera Untuk Orang Yang Berpenyakit Gatal-gatal


807. Dari Anas r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. memberikan kelonggaran kepada az-Zubair dan Abdur Rahman bin 'Auf dalam mengenakan pakaian sutera karena adanya penyakit gatal-gatal pada kedua orang itu." (Muttafaq 'alaih)


Bab 124

Larangan Duduk Di Atas Kulit Harimau Dan Naik Di Atas Harimau


808. Dari Mu'awiyah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Janganlah engkau semua naik di atas pelana yang terbuat dari

sutera dan jangan pula di atas harimau."

Hadis hasan yang diriwayatkan oleh imam Abu Dawud dan

lain-lainnya dengan isnad hasan.


809. Dari Abilmalih dari ayahnya r.a., bahwasanya Rasulullah s.a.w. melarang naik di atas kulit binatang buas."

Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud, Termidzi dan Nasa'i dengan beberapa isnad shahih.

Dalam riwayat Imam Termidzi disebutkan:

"Rasulullah s.a.w. melarang pada kulit binatang buas jikalau diduduki."

Bab 125

Apa Yang Diucapkan Jikalau Mengenakan Pakaian Baru, Terumpah Dan Sebagainya


810. Dari Abu Said al-Khudri r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. itu apabila mengenakan pakaian baru, maka beliau memberikan nama dengan nama yang dikhususkan untuknya, baikpun berupa sorban, gamis ataupun selendang. Beliau s.a.w. sesudah mengenakannya itu lalu mengucap - yang artinya:

"Ya Allah, segenap puji adalah bagiMu. Engkau telah memberikan pakaian ini padaku. Saya memohonkan akan kebaikan pakaian ini dan kebaikan sesuatu yang dibuat untuk pakaian ini serta saya mohon perlindungan padaMu dari keburukan pakaian ini dan keburukan sesuatu yang dibuat untuk pakaian ini."

Diriwayatkan Imam-Imam Abu Dawud dan Termidzi dan Termidzi mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.


Bab 126

Sunnahnya Memulai Pada Anggota Kanan Dalam Mengenakan Pakaian

Bab ini sudah terdahulu maksud uraiannya dan telah kami sebutkan beberapa Hadis shahih dalam bab di muka - lihatlah Bab Sunnahnya mendahulukan anggota kanan yaitu bab ke 99.



No comments:

Post a Comment